Thursday, July 30, 2009

Nusantara, Laut Kita & Kedaulatan Bangsa

"Bahwa kita harus dapat menguasai lautan kita, kalau kita hendak mendjamin keamanan negara kita seluruhnja. Selama keadaan ini belum tertjapai, maka keselamatan negara kita selalu dapat terantjam, karena dengan demikian maka djustru lawanlah jang akan mempergunakan kemanfaatan2 keadaan fisik daripada Nusantara kita."
(Pidato Letnan Jenderal Abdul Haris Nasution di depan Sidang Pleno Dewan Perancang Nasional (sekarang Bappenas), di Bandung, 13 Januari 1960 tentang Pembangunan Angkatan Perang)

Untaian Zamrud Katulistiwa yang terdiri atas belasan ribu pulau ini dicerai-beraikan oleh perairan yang amat luas, seluas 5,8 juta km2. Luas lautnya 3 kali luas daratannya. Membentang di utara dan selatan garis lintang 0 derajat, Indonesia dikenal sebagai negara maritim terbesar di dunia. Namun demikian sebutan "Negara Maritim" tersebut tidak tercermin dari aktivitas penduduknya, yang amat sedikit berorientasi ke laut.

Letaknya yang ditengah-tengah Khatulistiwa memungkinkan hidupnya berbagai jenis ikan dan biota laut yang berkembang biak dengan cepat. Hal ini mengundang nelayan-nelayan asing untuk berburu sumberdaya alam laut (SDL) secara liar (illegal fishing), dikarenakan otoritas, pengamanan dan pemberdayaan SDL kita sangat lemah.

Sebutan "Negara Maritim Terbesar" seyogyanya dapat menggugah seluruh komponen bangsa untuk menjadikan predikat tersebut sebagai sebuah kebanggaan, yakni dengan dua komitmen, pertama: memberdayakan perairan agar dapat memberikan lapangan hidup, kedua: membangun kekuatan laut yang besar, kuat dan disegani pihak asing. Ingat: negara-negara Eropa bisa menguasai/ menjajah negara Timur Jauh, Afrika, dan sebagainya karena kekuatan lautnya.

Sumberdaya alam di darat yang semakin terbatas hendaknya dapat mengubah orientasi mata pencaharian dari darat ke laut. Illegal fishing dan illegal logging (karena laut lah yang menjadi media transportasi utama untuk kedua-duanya) harus dijadikan pembangkit kesadaran dan pemacu upaya membangun Angkatan Laut yang besar dan tangguh.
tandef.net

lestarikan laut kita

Kita sangat bersyukur sekali atas dilaksanakannya WORLD OCEAN CONFERENCE.Yang diadakan di Manado sulawesi utara,dimana untuk pertama kalinya diadakan di negara kita yang memang sangat kaya akan hasil laut serta keindahannya,yang tak ada duannya,negara kita negara bahari yang sejak dahulu telah di kenal dunia,saya juga merasa sangat antusias mendengar agenda-agenda yang di sampaikan mengenai kelangsungan hidup kelautan kita untuk masa depan,memang kita juga sudah sering mendengar tentang perusakan laut serta biota didalamnya yang sangat memperihatinkan keadaannya,dimana dilakukan tidak saja oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab saudara kita serta banyak dilakukan juga oleh para pencuri dari negara luar yang dengan semena-mena menjarah dan merusak tatanan biota laut dan isinya,dan tentu saja ini sangat merugikan negara kita,kekayaan bahari dan kekayaan laut yang kita miliki adalah aset sangat berharga yang sangat patut kita jaga bersama-sama,bahu-membahu dalam menjaga juga melestarikannya,jajaran serta gugusan pulau yang turut mengihasi menambah indahnya bentangan laut yang bangsa kita miliki.Saya kadang sangat miris,pernah saya mendengar dalam berita satu stasiun TV,ada seorang turis yang mengatakan kekayaan laut serta kekayaan bahari indonesia ibarat punya satu mobil ferrari tapi tidak pernah dipakai sama sekali,saya merenungi apa yang telah di sampaikan sang turis tersebut,dan itulah kenyataannya memang kita tak pernah bisa menyadari betapa aset laut kita luar biasa menyimpan keindahan,apabila kita bisa optimalkan apa yang ada sungguh bisa mendatangkan satu kemakmuran tentunya.dan sebagai catatan 75% biota laut di dunia ini terpendam dalam laut kita,Sungguh ini satu kebanggaan bagi kita masyarakat indonesia yang telah di anugerahi laut luas dan kekayaan maha sempurna yang tak dimiliki bangsa lain,kita patut mensyukuri ini semua,dan tugas kita semua untuk turut menjaga,melestarikan apa yang telah dititipkan.
wantduit

Tentang Laut kita

Pola hidup masyarakat , pencemaran, serta kebiasaan menangkap ikan yang salah membuat kehancuran terumbu karang. Padahal terumbu karang merupakan rumah ikan karena menghasilkan plankton untuk makanan mereka. Tanpa terumbu karang, laut menjadi mati dan kosong. Tak ada ikan.
Sekarang nelayan kepulauan Seribu mengeluh, kalau melaut harus jauh ke utara di laut lepas. Karena ikan ikan disekitar kepulauan Seribu sudah mulai sedikit.

Laut adalah masa depan. Demikian Bung Karno sejak dulu selalu mengucapkan. Dengan wilayah yang 73 % terdiri dari laut dan sisanya 27 % daratan kita menolak konsep Hukum Internasional – yang diakui saat itu – tentang batas teritori suatu Negara hanya sampai 3 mil dari garis pantai. Tidak cocok untuk Negara kepulauan. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.

Sampai kemudian lahir konsep wawasan Nusantara yang dideklarasikan Perdana Menteri Juanda pada tahun 1957. Deklarasi ini menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.
Deklarasi akhirnya diterima sebagai bagian dari konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982.

Universitas Patimura dibangun dengan kekuatan riset perikanannya. Namun laut kita tetap bukan milik kita. Sampai sekarang. Tetap saja pelaut Philipina, Cina, Taiwan, Thailand seenaknya menguras isi laut kita. Jepang membangun pabrik pengolahan ikan terapung yang kapal kapalnya berlayar jauh sampai laut Arafura.

Konperensi Kelautan Dunia di Manado yang dihadiri 6 kepala Negara dan utusan khusus dari Amerika dan Australia, harus menjadi titik kesadaran kita tentang bagaimana melestarikan laut sebagai pemasok nilai ekonomis kehidupan bangsa. Seperempat terumbu karang dunia terletak di Indonesia, dengan kekayaan hayati yang luar biasa.
Bahkan di kawasan Papua, masih banyak jenis jenis ikan dan biota laut yang belum teridentifikasi. Bisa jadi kelak tak pernah terkuak tabir ini, karena keburu punah, seiring dengan rusaknya ekosistem terumbu karang.

Jauh sebelum penyelenggaraan World Oceanic Conference, Presiden SBY mengajak sejumlah pemimpin dunia tentang gagasan membentuk Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security.
Coral Triangle adalah sebuah wilayah yang terbentang dari Filipina, Indonesia, Malaysia, Papua Nuigini, Kepulauan Salomon,Timor Leste dan Australia. Bentangan seluas 5,7 km persegi disebut segi tiga terumbu karang dunia.
Wilayah ini memiliki 80 % jenis koral di dunia, dan tak kurang 140 juta manusia tergantung hidupnya pada Coral Triangle. Sebagai pemasok sumber makanan dan tempat mata pencaharian pada laut seperti pariwasata, dan perikanan.

Penangkapan ikan dengan bom dan racun potas, polusi, sampai reklamasi pantai tanpa amdal menjadi penyebab utama semakin habisnya terumbu karang di Indonesia.
Lucunya, Manado sebagai tempat penyelenggara Konperensi ini adalah sebuah kota yang dengan terstruktur melakukan reklamasi pantai di depannya. Kalau dulu kita bisa berjalan jalan di boulevard sambil memandang laut lepas dan gunung tua. Kini pemandangan itu tertutup oleh Mall, gedung gedung dan ruko.

Reklamasi adalah cara yang paling murah dalam mendapatkan lahan yang kelak dijual oleh Pemda kepada investor.
Menurut penelitian, di kawasan Bunaken dan manado Tua, sekitar 40 % terumbu karangnya sudah rusak atau mati. Selain akibat kenaikan suhu laut akibat pemanasan global, sampah dan pencemaran dari kota Manado menjadi salah satu sumber perusakan.

Terumbu karang sebagai tempat hidup biota laut – yang usianya mencapai lebih dari 240 juta tahun – menjadikan sebagai ekosistem paling kompleks di muka bumi. Kita tak perlu marinir untuk menjaga ekosistem bawah laut. Kita semua yang harus peduli . Karena terumbu karang ini bukan warisan dari nenek moyang kita. Ini adalah peninggalan yang harus dijaga untuk anak cucu kita.

imanbrotoseno.com